About my Blog

But I must explain to you how all this mistaken idea of denouncing pleasure and praising pain was born and I will give you a complete account of the system, and expound the actual teachings of the great explorer of the truth, the master-builder of human happiness. No one rejects, dislikes, or avoids pleasure itself, because it is pleasure, but because those who do not know how to pursue pleasure rationally encounter consequences that are extremely painful. Nor again is there anyone who loves or pursues or desires to obtain pain

Minggu, 16 Maret 2014

Sedikit Cerita

Beberapa hari ini saya dibuat banyak teringat akan ayah saya. Lewat video di internet yang tiba-tiba muncul di facebook, atau lewat cerita-cerita teman, saya jadi teringat tentang ayah saya. Dan belum lama ayah ibu saya datang ke Kota dimana saya belajar. Meskipun untuk urusan tertentu, saya sangat ingin bertemu mereka sekadar melewatkan waktu berkualitas sejenak. Intinya selama satu hari telah berlalu bersama kedua orangtua saya, banyak saya habiskan dengan ayah saya karena ibu saya ada acara, Momen yang menjadi begitu berharga sejak saya tidak tinggal bersama mereka.

Sore hari usai mengantar kedua orangtua pulang, saya kembali kerumah dan hendak segera pergi ke kampus dan tiba-tiba ada masalah dengan motor saya sehingga saya tidak bisa berangkat. Namun karena urgensinya maka saya minta tolong salah seorang teman untuk membantu mencarikan bengkel terdekat. Akhirnya kami menemukan bengkel motor. Dan karena ada masalah pada kunci motor saya maka ia menyarankan ke tukang kunci didepan bengkel tersebut. Saya bertemu seorang pria beperawakan cenderung sedikit gemuk, dengan tubuh yang lebih pendek dari saya. Saya meminta tolong dan ia menyanggupinya untuk mengecek motor yang ada dirumah saya.

Kami kembali kerumah, dan ia mulai mengutak-atik motor saya. Awalnya saya merasa orang ini cukup banyak maunya sehingga saya biasa saja tidak memperhatikannya bekerja, saya lebih banyak memperhatikan motor saya jangan sampai jadi rusak lebih parah karena diutak-atik orang ini. Karena ia butuh barang tertentu maka ia menyarankan agar kami kembali ke tempat ia mangkal sebagai tukang kunci karena barang tersebut bisa ditemukan di toko yang tidak jauh dr tempatnya mangkal. Disana ia menyuruh saya membeli mur di bengkel seberang, saya sempat berpikir, kenapa bukan dia yang beli mungkin akan lebih mudah prosesnya kalau ia kenal dengan si pedagang, dan benar ternyata saya tidak mendapatkan mur seperti yang diminta bapak itu. Ia lalu mencarikan mur serupa di tempatnya mangkal. Dan akhirnya ketemu.

Ia memasangkannya pada motor saya, dan ketika memasangkannya itulah saya jadi lebih memperhatikan ekspresi si bapak ini bekerja. Ketika melihatnya saya jadi merasa begitu terenyuh. Padahal ia tinggal memasangkan sekrup, simpel, tapi ketika ia memasangkannya dan akhirnya bisa ia tersenyum lebar begitu polos yang menunjukkan ia pun ikut senang dengan sekrup ini bisa terpasang. Begitu polos dan sulit di gambarkan. Saya lalu merasa begitu tersentuh dan merasa bersalah karena sedikit kesal dengannya tadi, padahal seingat saya ketika dia membongkar mtotor saya berbodi keras ia harus menariknya sekuat tenaga dengan susah payah dan memperlihatkan bahwa ia betul-betul susah payah. Ketika akhirnya sekrup berhasil terpasang, ia bilang dengan muka polosnya "bisa mas!"

Begitu sepele dan sederhana sebenarnya, tapi saya begitu tersentuh dan sepanjang perjalanan saya ke kampus saya selalu terngat usaha keras bapak tadi, yang juga mengingatkan ayah saya. Ayah saya mungkin hari ini tidak bekerja dengan fisik yang berat seperti si bapak tadi, ayah saya mungkin duduk diruangan bependingin yang begitu nyaman dengan kursi empuknya, tapi untuk sampai kesana ayah saya juga melalui perjuangan yang mungkin sama. Ayah saya mungkin lebih beruntung dari bapak tadi dari segi materi, tapi bapak tadi entah kenapa begitu mengingatkan saya pada ayah saya ketika bekerja, wajahya menunjukkan kesungguhan dan kepolosan yang benar-benar tulus ia mengerjakan perjuangannya, Dimana ia ikut senang ketika saya lega akhirnya motor saya bisa berfungsi kembali. Saya sudah cukup lama menghadapi orang, dan baru kali ini ada orang yang tampak mengerjakan sesuatu seperti bukan untuk manusia kebanyakan hari ini, untuk uang. Ingin menanyakan rumahnya, atau keluarganya saja saya tidak bisa berkata-kata. Saya membayangkan masa kecil orang ini, mungkin bapak ini bisa jadi sesekolah dengan ayah saya dulu karena bengkel ini tak jauh dari sd dan smp ayah saya. Saya membayangkan ia mungkin bukan orang yang berlimpah materi sejak kecil, tapi menjalaninya dengan tak pernah bekerja dengan tidak sungguh-sungguh, dengan hatinya. Semoga Tuhan selalu memberikan yang terbaik untuknya.

Dan ayah saya, Sejak saya SMA sudah jauh dari rumah, setiap minggu ia bolak-balik pergi kerumah dan tempatnya kerja, pulang sampai rumah larut malam dan ketika pulang kekotanya pagi-pagi sebelum subuh ketika saya dan adik saya masih nyenyak bermimpi. Melakukannya seperti ayah saya, saya tak terbayang apa bisa melakukannya. Tak jarang ia sampai rumah larut malam dan keesokannya sebelum subuh berkumandang ia sudah berangkat lagi kekota lain. Tapi tak pernah darinya tergurat wajah lelah yang meminta saya mengganti waktu tidurnya atau waktu berharganya bersama ibu saya yang ia relakan sejak saya SMA sudah berjalan sekitar enam tahun ia tak serumah dengan kami setiap harinya.

Sepanjang perjalanan menuju kampus tadi saya memikirkan itu, dan kini, saya ada di tempat yang berkilo-kilometer jauhnya dari rumah ini hanya mampu berharap hidup kedua orangtua saya bisa terus lebih bahagia, di dunia dan akhirat, semoga Tuhan menjaga mereka sebaik-baikNya menjaga manusia yang baik. Semoga yang saya lakukan disini bisa membuat orangtua saya merasa bangga. Semoga Tuhan menjaga mereka, semoga saya masih diberi waktu yang lebih lama lagi untuk melihat dan mendengar suara mereka, dan doa yang mungkin selalu tersemat di hati orang yang tengah mengejar impiannya, Semoga Orangtua kita diberiwaktu melihat putra-putrinya mencapai apa yang orangtua kita harapkan. Aamin.