About my Blog

But I must explain to you how all this mistaken idea of denouncing pleasure and praising pain was born and I will give you a complete account of the system, and expound the actual teachings of the great explorer of the truth, the master-builder of human happiness. No one rejects, dislikes, or avoids pleasure itself, because it is pleasure, but because those who do not know how to pursue pleasure rationally encounter consequences that are extremely painful. Nor again is there anyone who loves or pursues or desires to obtain pain

Sabtu, 17 Januari 2015

Mereka yang Memilih

Musim depan tak akan jadi musim yang mudah. Di musim di depan inilah kita semua pada hakikatnya sedang dihadapkan pada padang yang luas membentang degan halang dan rintang di dalamnya. Di musim depan ini.

Kami yang mengiyakan untuk dilempar ke padang halang rintang di musim depan ini bukanlah sekumpulan orang-orang cari penyakit. Bukan pula, kami sekedar cari nama untuk jadi si tangguh yang berhasil tembus padang rintangan. Entah apa sebabnya, kami-kami ini punya sekelumit pembenarnya sendiri untuk mau berlari di padang rintangan di musim depan. Musim yang sebenarnya merupakan suatu kebebasan bagi kami semua untuk memilih, mau melewati jalan lengang yang elok di samping kanan kiri, atau mau berjejal-jejal dan beradu peluh dengan rintangan yang menghadang didepan mata. Semua adalah pilihan dan kami telah memilih itu.

Memilih keras dan tandusnya hidup melalui padang rintangan bukan berarti akan tanpa dampak hanya dengan memilih saja. Semua ada konsekuensinya. Dan semua tentu telah terbayang di benak kami masing-masing, konsekuensi apa yang akan turut serta mengiringi kami dalam menembus padang rintangan di musim depan. Dan, semoga, kami-kami ini yang memilih melemparkan dirinya ke padang rintangan sadar betul dan siap dengan apa yang akan sejatinya kami hadapi. Setelah mengiyakan untuk dilempar, semoga kami memang betul-betul siap dilempar kedalamnya.

******

Berjejal-jejal di padang rintangan yang tak mudah di depan mata, akan melahirkan kecap kawan di kanan kiri. Mulai dari, kenapa mau dilempar, kenapa dalam padang rintang itu kita pakai dahan pohon oak untuk membabat rintangan di depan, kenapa tidak pakai bambu saja, kenapa kita harus lewat jalan yang menabrak banyak ilalang dibandingkan memilih jalan diatas batu tapak yang ada, kenapa kita harus memukul  beruang kecil, kenapa tidak kita diamkan saja si beruang toh ia masih kecil. Puluhan, ratusan, bahkan ribuan tanya, kecap, decak, akan mengiringi larinya kami di padang rintangan itu. Sejatinya, sepastinya, seyakinnya aku saat menulis ini. Mereka akan iringi kita semua -yang melemparkan diri ke padang rintangan, dengan semua itu, dan tak sedikit ditambah cemooh. Bukan tak mungkin diantara kita sendiri akan saling beradu dan saling meludah cemooh. Kadang tak ke wajah, kalah oleh sungkan, diludahkannya cemooh itu ke punggung kita. Bukan tak mungkin. 

Tak banyak yang bisa kutitipkan, aku pun tak punya apapun untuk kubawakan pada kalian sebagai bekal. Aku pun sangat mungkin akan kurang bekal di tengah jalan nanti. Tapi satu hal yang mungkin bisa kubisikkan siang ini, lakukanlah apapun. apapun yang kamu yakini benar sebenar-benarnya benar, lakukanlah hal itu dengan cara yang sebenar-benarnya benar. Biarkan saja kambing yang mengembik meledek di ujung kanan kita, ataupun ringkikan kuda sinis yang mengkin terdengar ketika kita lelah berlari di sore hari, di padang tandus. Kita tak bisa memegang, dan menahan mulut mereka, menjaga agar kita kuat sampai tujuan. Yang bisa kita lakukan hanyalah berlari, dan melakukan apapun yang kita yakini benar selagi berlari. Dan jangan lupa, ulur tanganmu untuk kami yang mungkin tersendat-sendat dan jatuh di belakangmu. Selamat ber-padang rintang!