About my Blog

But I must explain to you how all this mistaken idea of denouncing pleasure and praising pain was born and I will give you a complete account of the system, and expound the actual teachings of the great explorer of the truth, the master-builder of human happiness. No one rejects, dislikes, or avoids pleasure itself, because it is pleasure, but because those who do not know how to pursue pleasure rationally encounter consequences that are extremely painful. Nor again is there anyone who loves or pursues or desires to obtain pain

Kamis, 31 Januari 2013

Hikmah Jalan Berlubang

Suatu hari saya dalam perjalanan pulang dari sebuah toko buku di daerah Dago, Bandung. Malam itu jalan memang sedikit licin. Maklum, hujan baru saja reda. Dalam perjalanan pulang, karena banyaknya jalur searah yang membuat saya harus berputar-putar  menuju arah tempat kos saya di daerah Ciumbuleuit, Bandung Utara. Dalam perjalanan, saya terkejut ketika motor di depan saya tiba-tiba berbunyi "kreek!" yang cukup kencang. Rupanya, motor tersebut tidak sempat menghindari jalan berlubang di depannya yang cukup dalam. Kurangnya penerangan di sekitar jalan tersebut membuat lubang yang cukup besar itu jadi tak nampak. Meskipun begitu, saya juga tak sempat mengambil ancang-ancang untuk menghindar, dan masuk ke lubang yang sama. Memang tidak sampai saya terjatuh atau hal buruk yang lain. Namun, tiba-tiba muncul pertanyaan di benak saya. Apakah bapak Walikota bandung tidak pernah melewati jalan tersebut? Rasanya, itu bukan jalan kampung yang hanya dilewati motor-motor atau truk berat dan sedikit mobil. Jalan itu ada ditengah kota dan banyak yang melewati. Buktinya, setiap akhir pekan jalan sekitar situ pasti padat bahkan kadang timbul kemacetan.

Saya yakin, Bandung punya walikota dan segenap perangkatnya yang cerdas-cerdas dan berintegritas. Ketika bergabung menjadi perangkat Kota Bandung tentunya banyak tahap yang harus mereka lewati. Begitu pula dengan pimpinan dan wakil dari si pimpinan kota ini. Tapi, apakah tidak ada yang terpikir untuk menambal lubang-lubang dijalan? Saya jadi terpikir, apa bapak pimpinan kita ini, terlalu sibuk rapat di balai kota, sehingga tidak tahu keadaan sekitar? Mungkin terlalu banyak agenda pembangunan membuat bapak walikota tidak sempat menikmati putaran ban mobilnya di jalanan? Apa bapak walikota punya kendaraan yang bisa tidak menapak tanah untuk mencapai destinasinya? Ya entahlah saya juga bingung kenapa jalan berlubang dan gelap di malam hari yang bisa terbilang membahayakan kalau dibiarkan itu tetap dibiarkan menganga.

Apa perlu warga sekitar patungan, memberi dana untuk perbaikan jalan? Eh.... bukan warga sekitar saja harusnya, apa setiap orang yang lewat harus dikenai pungutan untuk perbaikan jalan? Apa mau sekalian jalan tersebut ditambal masyarakat dan pemuda? Apa kita perlu merekomendasikan kontraktor yang baik untuk perbaikan jalan itu? Saya jadi terpikir, Apa sekalian kita bentuk saja LSM peduli lalu lintas, biar semua rakyat yang atur. Enak sekali jadi bapak walikota ya jika warganya sampai mau turun tangan sedalam itu. 

Saya memang menentang kritik-kritik berlebihan terhadap pemerintah yang marak dilakukan di tengah eloknya alunan kata demokrasi dalam kehidupan sehari-hari. Namun, disini saya hanya ingin mencoba mengajak pembaca (kalau ada yang baca) berpikir. Hanya dari sebuah lubang jalan yang sepele, yang mungkin dengan saya mengupasnya demikian saja saya bakal dikata berlebihan atau bahasa anak mudanya lebay. Ya, saya tidak akan menyanggah dan balik melempar untuk komentar-komentar macam itu.

Dalam pikiran saya,  Lubang jalan cukup menentukan, orang seperti apa yang akan kita pilih untuk memimpin kita? Hanya dari sebuah lubang jalan, kita bisa menilai sedalam apa komitmen sang pemimpin hari ini untuk masyarakatnya? Jangan-jangan kalah dalam dari lubang jalan itu? Hanya dari sebuah lubang tadi, kita juga bisa mengenal lebih dekat sosok pemimpin kita. Hanya dari lubang jalan, kita bisa belajar dari pengalaman, karena pengalaman selalu jadi guru terbaik, semoga kita tidak terperosok lubang yang salah lagi dalam memilih pemimpin kita. Semoga bapak, ibu, atau kakak pemimpin kita kelak mampu lebih baik dalam memperbaiki lubang-lubang jalan dan lubang-lubang lain yang kurang indah untuk dipertahankan dari pemimpin sebelumnya. Ya, di tahun yang kata orang sebagai tahun politik ini, semoga akan datang pemimpin baru yang lebih peka terhadap segala "lubang" yang ada. Aamin



Sedikit cerita, Seorang guru SMP saya pernah berucap, "jangan mengaku atau merasa akan jadi pahlawan kalau masih melanggar aturan...." Mungkin di lain kesempatan bisa kita bahas.
Mungkin, sedikit kutipan dari saya, "Jangan merasa jadi pimpinan yang baik, kalau masih belum peka pada lubang yang besar". Selamat malam!

0 komentar:

Posting Komentar